MaKna dibalik Silaturrahmi dan Hari Ketupat Jilid 2

17.22 Posted In , Edit This 0 Comments »
       Pada ulasan pertama kita sudah membahas makna dalam silaturrahmi, kali ini kita akan membahas tentang hari Raya ketupat, Lebaran ketupat merupakan salah satu hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Islam. Lebaran ketupat atau yang dikenal dengan istilah lain syawalan sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa, Lebaran ketupat disemua daerah yang melaksanakannya, pelaksanaannya sama yaitu pada hari ketujuh setelah Hari Raya Idul Fitri. Lebaran ketupat hanya bisa dijumpai di masyarakat Indonesia dengan tujuan pelaksanaannya sama seperti tujuan berhari Raya Idul Fitri, yaitu saling mema’afkan dan bersilaturahim. Istilah saling mema’afkan ini di kalangan masyarakat Indonesia lebih terkenal dengan sebutan “Halal Bihalal”.
       Tradisi lebaran ketupat yang diselenggarakan pada hari ke tujuh bulan syawal juga merupakan tradisi khas Indonesia yang biasa disebut sebagai “hari raya kecil” setelah melakukan puasa syawal selama 6 hari atau puasa kecil dibandingkan dengan Idul Fitri yang didahului puasa Ramadhan selama 1 bulan. Sesuai dengan sunnah nabi, setelah memperingati Idul Fitri, umat Islam disunnahkan puasa selama 6 hari, yang bagi umat Islam di Indonesia kemudian diperingati sebagai Lebaran Ketupat atau Syawalan.    
        Tradisi lebaran ketupat awal mulanya berasal dari orang Jawa, kemudian tradisi ini menyebar ke seluruh pelosok nusantara yang dibawa oleh orang Jawa sehingga menjadi tradisi yang menasional. Makna tradisi lebaran ketupat ini sangat dalam sekali bagi orang Jawa, mengandung filosofis kehidupan yang berharga.
        Dalam makalah ini akan kami bahas mengenai asal mula tradisi lebaran ketupat di Jawa, makna filosofi yang terkandung di dalamnya dan perkembangan tradisi lebaran ketupat dari masa ke masa hingga sekarang ini.
     Lebaran merupakan istilah yang sering dipakai masyarakat dalam menyambut hari Raya Idul Fitri. Lebaran sendiri berasal dari akar kata bahasa Jawa “Lebar”yang berarti selesai, sudah berlalu. Maksud kata “lebar” disini adalah sudah berlalunya bulan Ramadhan, selesainya pelaksanaan ibadah puasa wajib pada bulan Ramadhan hingga tibalah waktunya masuk bulan Syawal.
       Pada awal bulan Syawal inilah dilaksanakan Hari Raya Idul Fitri, orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah “Riyaya” atau “Badha”. Riyaya merupakan istilah untuk lebih mempersingkat kata hari raya sedangkan istilah badha  berasal dari Bahasa Arab dari akar kata ba’da yang berarti setelah, selesai. Kata badhamaupun lebaran mempunyai persamaan arti, yaitu selesainya pelaksanaan ibadah puasa, maka tibalah waktunya berhari raya Idul Fitri. Istilah lebaran sudah menjadi istilah nasional, yang diartikan oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Raya Idul Fitri. 
      Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara berbahan dasarberas yang dibungkus dengan selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa(janur). Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umatIslam merayakan berakhirnya bulan puasa. Makanan ini sudah menjadi makanan khas masyarakat Indonesia dalam menyambut hari Raya Idul Fitri. Ada dua bentuk ketupat yaitu kepal (lebih umum) dan jajaran genjang. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Biasanya ketupat disuguhkan dengan opor ayam, rendang dan masakan-masakan khas masing-masing daerah yang mengandung santan.
      Lebaran ketupat murni berasal dari tanah Jawa, sejak pemerintahan Paku Boewono IV. Sebuah kearifan lokal yang hanya dilakukan di Indonesia.  Sama halnya dengan tradisi halal bihalal. Tradisi lebaran ketupat yang disertai dengan acara halal bihalal tidak ditemukan di negara lain selain di Indonesia. Lebaran ketupat ini di masayarakat Jawa dikenal dengan istilah Syawalan, dimana waktunya bertepatan dengan bulan Syawal. Lebaran ketupat juga dinamai dengan istilah Badha Kupat. Lebaran ketupat dilaksanakan tepat pada hari ketujuh pada bulan Syawal. Masyarakat Jawa dikenal dengan tingkat religiusitas yang tinggi. Pada masyarakat selain Jawa, setelah sholat Ied mungkin mereka melakukan aktivitas kegiatan seperti hari-hari biasanya. Pada masyarakat Jawa, setelah sholat Ied, mereka biasanya melakukan kegiatan silaturahim ke sanak famili, saudara, tetangga dekat dan sekitar lingkungan mereka. Sehari setelah Hari Raya Idul Fitri atau lebaran, umumnya mereka melaksanakan puasa sunnah bulan Syawal. Puasa sunnah Syawal dilaksanakan sampai enam hari, setelah itu mereka mengadakan acara halal bihalal (ma’af mema’afkan) dan bersilaturahim dengan kerabat dekat maupun jauh.
       Acara silaturahim ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa dimana yang muda mengunjungi yang lebih tua. Hal ini mencerminkan pandangan hidup orang Jawa, bahwa orang hidup harus tepa selira, unggah-ungguh (tahu tata krama dan sopan santun). Biasanya yang muda membawa makanan khas ketupat dengan lauk opor ayam yang akan diberikan kepada kerabat yang lebih tua. Makanan ini nantinya akan disantap bersama-sama dengan kerabat. Makanan ketupat inilah yang menjadi ciri khas pada lebaran ketupat, sehingga hampir dipastikan di tiap keluarga masyarakat Jawa akan menghidangkan suguhan ketupat dengan lauknya opor ayam dan sambal goreng setiap lebaran ketupat tiba. Tradisi lebaran ketupat menyebar ke luar tanah Jawa dibawa oleh orang-orang Jawa yang merantau ke luar pulau, bahkan ke luar negeri. Tradisi lebaran ketupat hingga akhirnya dikenal oleh masyarakat diluar Jawa dan menjadi tradisi yang menasional, hampir di tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis dengan tradisi lebaran ketupat tak terkecuali di luar negeri yang ada orang Jawanya.
       Semoga bermanfaat ... Minal Aidzin wal Faidzin ya ... mohon maaf lahir dan batin ...

MaKna di balik Silaturrahmi dan Hari Ketupat Jilid 1

17.14 Posted In , Edit This 0 Comments »
       Sehabis berpuasa satu bulan lamanya, kita menahan makan, minum, dan hawa nafsu, hari kemenanganpun tiba. Idul Fitri 1435 H ada beberapa golongan yang menentukan kapan waktu syawal tiba dengan rukyatul hilal dan hisab akan tetapi untuk tahun 2014 ini penentuan hari raya bertepatan Hari Senin tanggal 29 Juli 2014 semua bergembira, karena tidak ada perbedaan. kita menyadari bahwa perbedaan itu adalah rahmat, namun bila kita bersama bukankah itu lebih hebat lagi. senangnya kita sambut hari kemenangan ini dengan berbagai cara; mudik, makan bersama, membakar kembang api, kirim kartu ucapan selamat, beri angpao atau tepatnya saling tuker uang ke anak-anak kecil hehehe ...
       moment yang ditunggu-tunggu sih ada sebetulnya yaitu anjang sana, bersilaturrahmi saling meminta maaf dan maaf memaafkan, beda dengan di melayu kita hanya menyuguhkan kue ala kadarnya dan air untuk melepas penat, di malaysia, kita akan disuruh makan ketupat. beda sedikit dengan kita, kita akan mengantarkan tukar ketupat pada hari ke tujuh setelah kita berlebaran istilah orang-orang sih hari ketupat karena banyak orang yang membuat ketupat. plus ada opor ayam, gulai kambing atau ayam, semur, sate ayam, lodeh, merupakan menu pelengkap hidangan si ketupat. tradisi anjang sana silaturrahmi dan tukar hidangan jangan sampai hilang ya ... kelihatannya sangat kuno dan menghabiskan waktu tetapi banyak nilai-nilai yang ditanamkan dalam dua kegiatan tersebut, mari kita simak bersama-sama ... yuks :
Nilai-nilai yang tertanam dalam kegiatan Anjang sana Silaturrahmi :
       Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah Nabi saw.  bersabda bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia bersilaturahmi.  Kemudian dalam hadits lainnya masih riwayat Imam al-Bukhari dari sahabat Jubair bin Muth’im beliau juga mengultimatum bahwa Barangsiapa yang memutuskan  silaturahmi tidak akan masuk surga.
       Makna silaturahmi tentu tidak sebatas bersalaman atau mushafahah, kunjungan keluarga,  dan pertemuan warga atau teman sekerja, dsb. Tapi punya makna yang lebih jauh lagi , yaitu bagaimana upaya kita untuk memelihara diri  dan keluarga kita  agar tetap istiqomah atau konsisten dalam keimanan, keislaman dan ketakwaan. Seperti diisyaratkan oleh Allah swt. dalam firman-NYA :   “ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada  Tuhanmu yang telah menciptakan kamu  dari diri yang satu, dan dari padanya  Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan  laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah  yang dengan mempergunakan nama-Nya  kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim . Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. “ QS. An-Nisa : 1
        Musafahah atau bersalaman dalam ajaran Islam mengandung nilai ampunan Allah, sehingga tidak hanya  dilakukan sebatas pada suasana ‘iedul fithri saja, tapi bisa dilakukan kapan saja. Nabi saw. bersabda :  “ Jika dua orang muslim bertemu lalu bersalaman, maka Allah akan mengampuni dosa kedua orang itu sebelum keduanya berpisah. “  HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi.
          Jaminan yang diberikan Nabi saw. dalam hadits tersebut tentu saja masih dengan catatan, antara lain :  Pertama,  Jika dalam musafahah atau bersalaman tersebut tidak terjadi pelanggaran atas ketentuan Allah dan rasulnya. Nabi saw telah mengingatkan kita :  “ Kepala seseorang ditusuki dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada  (dibakar neraka ) disebabkan bersentuhan kulit dengan wanita yang tidak halal baginya. HR. at-Thabrani.
Kedua, Tangan bersalaman itu merupakan cerminan atau ungkapan bersihnya hati kedua orang yang bersalaman itu. Apalah artinya tangan berjabatan jika dalam hati penuh dengan kebencian, kedengkian alias hasud, permusuhan, dan dendam. Kiranya bersalaman seperti itu masih jauh dari jaminan Nabi saw. di atas;  me Nabi aw. Dalam sebuah haditsnya pernah menyatakan bahwa pintu surga dibukakan oleh Allah pada setiap hari Senin dan Kamis, Allah juga membuka pintu ampunan bagi mereka yang meminta ampun pada kedua hari itu, kecuali mereka yang dengan saudaranya, tetangganya, atau dengan teman-temannya dalam hatinya ada permusuhan, kebencian, dendam, dan hasud, maka Allah menyuruh para malaikatnya untuk membiarkan permohonan ampunan mereka itu sampai mereka islah atau damai atau bersih hatinya dari penyakit-penyakit hati tadi.
        Sikap saling maklum dan siap meminta maaf dan memaafkan orang lain adalah sifat orang mukmin, seperti diterangkan oleh Allah dalam QS. Ali Imran :  134. Di masyarakat kita  banyak terjadi  antar saudara, antar keluarga,  atau antar tetangga, bermusuhan sudah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Saling serbu antar kampung, antar desa, antar suku, karena soal dendam lama yang terkadang sepele.  Kondisi seperti ini tentu jauh dari nilai silaturahmi. Bahkan bisa jadi penghambat dikabulnya do’a dan istighfar.
         Demikian juga pertemuan keluarga, atau warga atau teman sekerja, akan mempunyai nilai silaturahmi jika tidak sekedar kumpul, ngobrol ngalor ngidul tak keruan, dan makan-minum semata,
tapi pertemuan yang didalamnya terdapat upaya untuk menyuruh orang berbuat baik, berbuat islah diantara sesama, berbuat jujur atau bersedekah. Seperti diingatkan Allah dalam firman-Nya : “ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan ( pertemuan ) mereka, kecuali bisikan –bisikan dari orang yang menyuruh  manusia memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. “ QS. An-Nisa : 114
          Jika kita menengok sejarah atau kisah Nabi Nuh a.s. Seorang Nabi yang diberi usia panjang 950 tahun, dan diangkat Nabi atau rasul pada usia 480 tahun (?), berarti beliau dakwah mengajak umatnya kepada ajaran tauhid lebih kurang 470 tahun. Tapi umatnya yang beriman hanya sedikit,  hanya seiisi perahu. Bahkan istri dan salah seorang anaknya – Kan’an – tidak mau beriman.
          Ketika umatnya oleh Allah dibinasakan karena kekufurannya dengan banjir besar,  putranya yang bernama Kan’an ternyata tidak termasuk yang ikut dalam perahu Nabi Nuh as. Ketika oleh Nabi Nuh diajak untuk naik perahu,  ia menolaknya. Sehingga kemudian oleh Allah si Kan'an ditenggelamkan dan mati. Jasadnya terapung-apung di tengah lautan banjir.  Nabi Nuh as. Sebagai seorang bapak, bagaimanapun sangat menyayangi putranya itu, oleh sebab itu kemudian Nabi Nuh as. mempertanyakan hal itu kepada Allah dengan ungkapan :”  Bukankah  Anakku ( si Kan’an itu ) adalah keluarga hamba juga ? “  Allah menjawab : “  Wahai Nuh sesunguhnya dia bukanlah keluargamu, karena ia tidak beramal saleh.” QS. Hud 45-46.
        Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran dan ‘ibrah bahwa inti pokok silaturahmi adalah bagaimana kita menjaga diri kita dan keluarga kita , bahkan kalau bisa warga dan teman sekerja kita tetap istiqomah menjadi manusia yang beriman dan beramal saleh. Sebab jika ada anggota keluarga kita sudah tidak beramal saleh, misalnya tidak mau shalat, shaum, menutup aurat, dsb. Maka meski kita dengan mereka tinggal serumah, makan semeja, tidur sekamar bahkan sekasur, pada hakikatnya silaturahmi kita dengan mereka sudah mulai jauh, bahkan jika dibiarkan bisa putus seperti halnya Nabi Nuh as dengan anaknya si Kan’an. Naudzubillah. Wallahu’alam.


1. Perintah Silaturahmi :

1-    يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا- النساء : 1

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( QS. An-Nisa ; 1 )

2-    عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ – ر البخاري

Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya ( kebaikannya ) maka bersilaturahmilah.          ( HR. Al-Bukhari )

3-    عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ عَلَيْهِ فَكُنْتُ فِيمَنْ انْجَفَلَ فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ يَقُولُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ- ر احمد و الدرمى

Dari Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah, orang berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala nampak jelas kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta. Dan yang pertama saya dengar darinya, beliau bersabda : “ Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah,  dan shalatlah di malam hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan masuk surga dengan selamat.”  ( HR. Ahmad dan Ad-Darimi )

2. Larangan & Ancaman Memutus Silaturahmi :


4-    عن جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ َخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ – ر البخاري و مسلم

Dari Jubair bin Muth’im ra, Ia mendengar Nabi saw bersabda :” Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi “  ( HR. Al-Bukhari & Muslim )

5-    ٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَلَا كَاهِنٌ وَلَا مَنَّانٌ  - راحمد
Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra berkata, bersabda Rasulullah saw : “ Tidak akan masuk surga pemilik lima hal :  Peminum miras, Orang yang percaya sihir, Pemutus silaturahmi, dukun, dan yang suka mengungkit-ungkit kebaikan.”  ( HR. Ahmad )

6-    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ أَوْ يَسْتَعْجِلْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ قَالَ يَقُولُ دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ لِي – ر الترمذي

Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Tak ada seorangpun berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a kecuali pasti diijabah, apakah dipenuhinya di dunia atau ditabung di khirat, atau diampuni dosa-dosa sesuai dengan permohonannya, selama ia tidak cenderung kepada dosa, atau memutus silaturahmi, atau terburu-buru. “  Mereka bertanya : “ Ya Rasulullah, yang dimaksud terburu-buru itu bagaimana ? “ Beliau menjawab : “ Dia berkata  aku sudah berdo’a kepada Tuhanku tapi tidak dipenuhi juga. “  ( HR. At-Tirmidzi )

3. Bukan Sekedar Terkait Nasab :

7-    عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ – ر ابو داود
Dari Umar Ibnu Khattab ra berkata, bersabda Nabi saw : “ Diantara hamba Allah ada sekelompok manusia yang bukan para nabi juga bukan para syuhada, malah para Nabi dan para syuhada tertarik dengan kedudukan mereka dari  Allah pada hari kiamat “ Mereka bertanya : “ Beritahukanlah kepada kami siapa mereka itu ? “  Beliau menjawab : “ Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dasarnya ruh Allah( agama ), bukan karena ada hubungan nasab di antara mereka, bukan pula terkait harta (bisnis) . Demi Allah  Sesungguhnya  wajah mereka bercahaya, dan sesungguhnya mereka ada dalam cahaya. Mereka tidak merasa takut di saat manusia dihantui rasa takut, dan tidak menyesal ketika manusia diselimuti penyesalan. Lalu Beliau membaca ayat “  Ketahuilah, bahwa wali-wali Allah tidak merasa takut dan juga mereka tidak menyesal. “  ( HR.Abu Dawud )

4. Bukan Sekedar Mushafahah /Bersalaman :

8-    عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا – ر احمد و ابوداود و الترمذي

Dari Al-Barra  berkata, bersabda Rasulullah saw “ Tidak bertemu dua orang muslim lalu bersalaman, maka pasti diampuni dosa keduanya, sebelum keduanya berpisah.”( HR Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi ).

9-    ِ قَالَتْ عَائِشَةُ وَاللَّهِ مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى النِّسَاءِ قَطُّ إِلَّا بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَمَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ عَلَيْهِنَّ قَدْ بَايَعْتُكُنَّ كَلَامًا – ر مسلم

Berkata Aisyah ra : “ Demi Allah Rasulullah saw tidak mengambil ( bai’at ) kepada wanita kecuali dengan apa yang diperintahkan Allah swt. Dan Tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali.  Dan Beliau bersabda kepada mereka jika mengambil ( baiat ) atas mereka , Aku telah membai’at kalian dengan perkataan. “  ( HR. Muslim ).

10-    لان يطعن فى رأس احدكم بمخيط من حديد خير له من ان يمس امرأة لا تحل له – ر الطبرني عن معقل ابن يسر

Kepala seseorang di antara kamu ditusuki dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya, dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. ( HR. At-Thabrani dari Ma’qil bin Yasar – Faidul Qadir  5: 329 )

11-    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا – ر مسلم   
 
Dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Pintu-pintu surga dibukakan tiap Senin dan Kamis, Allah mengampuni dosa-dosa hamba selama tidak musyrik. Kecuali orang yang antara dia dengan saudaranya  ada kebencian, maka diintruksikan : Tangguhkanlah kedua orang ini ( ampunannya ) sampai keduanya damai, tangguhkanlah kedua orang ini       ( ampunannya ) sampai keduanya damai. “      ( HR. Muslim ).


5. Bukan Sekedar Pertemuan :

12-    لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا – النساء : 114
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.  ( QS. An-Nisa : 114 )

6. Yang Esensial  Mendidik Keluarga menjadi Manusia Sholeh :

13-    وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَابُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ  ؛ قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ ؛ وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ؛  وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِين  َ؛  قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِين ؛ هود : 42-46

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim." Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." ( QS. Hud : 42-46 )